TEORI
KEPEMIMPINAN
1. Great
Man Theory
Menurut teori
kepemimpinan ini seorang pemimpin besar terlahir sebagai pemimpin yang yang
memiliki ciri-ciri yang istimewa yang mencakup: karisma, kecerdasan,
kebijaksanaan dan dapat menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk membuat
berbagai keputusan yang memberi dampak besar bagi sejarah manusia. Karisma
sendiri menunjukkan kepribadian seseorang yang dicirikan oleh pesona pribadi,
daya tarik, yang disertai dengan kemampuan komunikasi interpersonal dan
persuasi yang luar biasa.
Teori
kepemimpinan ini sebagian besar bersandar pada pendapat-pendapat yang
dikemukakan oleh Thomas Carlyle di abad 19 yang pernah menyatakan bahwa sejarah
dunia tak lain adalah sejarah hidup orang-orang besar. Menurutnya, seorang
pemimpin besar akan lahir saat dibutuhkan sehingga para pemimpin ini tidak bisa
diciptakan.
2. Trait
Theory
Teori
kepemimpinan ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari Great Man Theory yang
mengatakan bahwa para pemimpin dilahirkan dan bukan diciptakan (leader are born
and not made). Tetapi sejalan dengan pemikiran mahzab behavioralis, pada
peneliti di tahun 1950-an berkesimpulan bahwa karakteristik pemimpin tidak
seluruhnya merupakan bawaan sejak lahir, namun diperoleh melalui pembelajaran
dan pengalaman. Karena itu mereka berkesimpulan bahwa kepemimpinan yang efektif
dapat dipelajari.
Riset mereka
menunjukkan bahwa ada karakteristik individu yang dimiliki oleh seorang
pemimpin sehubungan dengan kepemimpinan efektif, yaitu: Kecerdasan, Pengetahuan
& keahlian, Dominasi, Percaya diri, energi yang tinggi, Toleran terhadap
stress, Integritas & kejujuran, Kematangan.
3. Behavioral
Styles Theory
Selama perang
dunia II studi mengenai teori kepemimpinan mengalami perubahan arah yang
signifikan dari mempelajari ciri-ciri individu menjadi pola perilaku pemimpin
yang disebut dengan leadership styles. Dengan demikian maka fokus beralih dari
“siapa pemimpin itu” menjadi “bagaimana seorang pemimpin berperilaku atau
menjalankan gaya kepemimpinan”
Berbagai penelitian awal menyimpulkan
adanya tiga gaya kepemimpinan yaitu:
a. Gaya kepemimpinan
otoriter (authoritarian leadership style)
b. Gaya kepemimpinan
demokratis (democratic leadership style)
c. Gaya kepemimpinan
laissez-faire (laissez-faire leadership style)
Berikut perbedaan ketiga gaya
kepemimpinan tersebut:
Tabel
perbandingan gaya kepemimpinan
Peneliti lain
yang termasuk dalam kelompok behavioral styles theory adalah Robert R Blake
& jane
S Mouton yang mengembangkan model Managerial Grid. Ia menggunakan sumbu concern
for production (horizolatal, mencakup: keinginan untuk menghasilkan output
produksi yang lebih besar, efisiensi biaya dan laba) dan concern for people
(vertikal, mencakup: peningkatan persahabatan, membantu rekan kerja, memperhatikan
kondisi karyawan seperti gaji dan kondisi kerja). Blake & Mouton mengatakan
bahwa gaya kepemimpinan yang mempunyai aktivitas dengan memberikan perhatian
yang besar baik terhadap produksi dan manusia berkorelasi positif dengan
kinerja organisasi yang baik, kesehatan fisik & mental yang baik serta
mengelola konflik secara efektif.
4.
Situational Theory
Para peneliti
yang menganut aliran teori kepemimpinan ini mengatakan bahwa efektivitas gaya
kepemimpinan sangat tergantung kepada situasi yang melingkupinya. Oleh karena
itu, mereka mempunyai asumsi bahwa kepemimpinan yang berhasil akan terjadi
apabila gaya kepemimpinan yang digunakan sesuai dengan situasi.
Salah satu
peneliti yang mendukung teori kepemimpinan ini adalah Fred E Fiedler dengan
teori Kontingensinya. Kinerja
seorang pemimpin bergantung kepada dua faktor yang saling terhubung yaitu:
a.
Situasi, sejauh mana
situasi yang ada memberikan kendali & pengaruh agar pekerjaan dapat
diselesaikan.
b.
Motivasi, apa motivasi
dasar dari pemimpin. Apakah self esteem-nya tergantung dari penyelesaian tugas
(task motivated) atau hubungan (relationship motivated).
Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa pemimpin yang task motivated cenderung berhasil pada situasi yang
ekstrem. Sedangkan relationship motivated cenderung berhasil pada situasi yang
moderat.
5. Transactional
Leadership Theory
Menurut teori
kepemimpinan ini, karyawan akan termotivasi oleh imbalan maupun hukuman.
Seorang pemimpin akan dapat menjalankan kepemimpinannya dengan efektif apabila
ia mampu mengembangkan struktur kerja yang jelas sehingga para manajer akan
dapat merumuskan dengan jelas apa yang harus mereka lakukan dan dibutuhkan oleh
para bawahannya serta memberi imbalan sesuai dengan pekerjaan yang mereka
lakukan. Demikian pula sebaliknya, dalam teori kepemimpinan ini, sang manajer
dapat memberikan hukuman bila karyawan tidak berhasil memenuhi standar kinerja
yang diberikan kepadanya.
Teori kepemimpinan
6.
Transformational
Leadership Theory
Teori kepemimpinan
ini didasari oleh hasil penelitian mengenai perilaku kepemimpinan di mana para
pemimpin yang kemudian dikategorikan sebagai pemimpin transformasi
(transformational leader) mampu memberikan inspirasi kepada yang lain dalam
organisasi untuk mencapai sesuatu yang melebihi apa yang telah direncanakan
organisasi. Ia juga seorang pemimpin yang visioner yang mengajak orang lain
bergerak untuk mengikuti visinya. Mereka mengandalkan karisma dan kewibawaan
(refferent power) dalam menjalankan kepemimpinan.
GAYA
KEPEMIMPINAN
Berdasarkan
pengertian - pengertian gaya kepemimpinan diatas dapat disimpulkan bahwa gaya
kepemimpinan adalah kemampuan seseorang pemimpin dalam mengarahkan,
mempengaruhi, mendorong dan mengendalikan orang bawahan untuk bisa melakukan
sesuatu pekerjaan atas kesadarannya dan sukarela dalam mencapai suatu tujuan
tertentu.
1.
Gaya kepemimpinan Otoriter
/ Authoritarian
Gaya
kepemimpinan otokratis merupakan gaya yang terpusat pada diri pemimpin atau
direktif. Yaitu sosok pemimpin yang hanya menentukan sendiri keputusan, dan
perannya sebagai pemimpin tanpa peran para anak buah dalm merancanankan
semuanya.
2.
Gaya Kepemimpinan
Demokratis
Gaya
kepemimpinan demokratis adalah suatu kemampuan dalam mempengaruhi orang lain
agar dapat bersedia untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan dengan berbagai cara atau kegiatan yang dapat dilakukan dimana
ditentukan bersama antara bawahan dan pimpinan.
3.
Gaya kepemimpinan
delegatif / Laissez Faire
Gaya
kepemimpinan delegatif memiliki ciri-ciri yaitu pemimpin akan jarang dalam
memberikan arahan, pembuat keputusan diserahkan kepada bawahan, dan anggota
organisasi tersebut diharapkan bisa menyelesaikan segala permasalahannya
sendiri.
4.
Gaya kepemimpinan birokratis.
Gaya
kepemimpinan birokratis ini dilukiskan dengan pernyataan “Memimpin berdasarkan
adanya peraturan”.Perilaku memimpin yang ditandai dengan adanya keketatan
pelaksanaan suatu prosedur yang telah berlaku untuk pemimpin dan anak buahnya.
5.
Gaya Kepemimpinan
Karismatis
Kelebihan
dari gaya kepemimpinan karismatis ini ialah mampu menarik orang. Mereka akan
terpesona dengan cara berbicaranya yang akan membangkitkan semangat. Biasanya
pemimpin dengan memiliki gaya kepribadian ini akan visionaris. Mereka sangat
menyenangi akanperubahan dan adanya tantangan.
6.
Gaya Kepemimpinan
Diplomatis
Kelebihan
gaya kepemimpinan diplomatis ini terdapat di penempatan perspektifnya. Banyak
orang seringkali selalu melihat dari satu sisi, yaitu pada sisi keuntungan
dirinya.Sisanya, melihat dari sisi keuntungan pada lawannya.
7.
Gaya Kepemiminan
Moralis
Kelebihan
dari gaya kepemimpinan moralis seperti ini ialah pada umumnya Mereka hangat dan
sopan untuk semua orang. Mereka mempunyai empati yang tinggi terhadap segala
permasalahan dari para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk
kebajikan-kebajikan ada dalam diri pemimpin tersebut.
8.
Gaya Kepemimpinan
Administratif
Gaya
kepemimpinan tipe ini akan terkesan kurang inovatif dan telalu kaku dalam
memandang aturan. Sikapnya sangat konservatif serta kelihatan sekali takut di
dalam mengambil resiko dan mereka cenderung akan mencari aman.
9.
Gaya kepemimpinan
analitis (Analytical).
Dalam
gaya kepemimpinan tipe ini, biasanya untuk pembuatan keputusan didasarkan pada
suatu proses analisis, terutama analisis logika dari setiap informasi yang
didapatkan.
10. Gaya
kemimpinan asertif (Assertive).
Gaya
kepemimpinan ini bersifat lebih agresif dan memiliki perhatian yang sangat
begitu besar pada suatu pengendalian personal dibandingkan dengan gaya kepemimpinan
yang lainnya.
11. Gaya
kepemimpinan entrepreneur.
Gaya
kepemimpinan ini sangatlah menaruh perhatian pada kekuasaan dan hasil akhir
serta kurang mengutamakan untuk kebutuhan akan kerjasama. Gaya kepemimpinan
model ini biasanya akan selalu mencari pesaing dan akan menargetkan standar
yang tinggi.
12. Gaya
Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan
visioner, merupakan pola kepemimpinan yang ditujukan untuk bisa memberi arti
pada kerja dan usaha yang perlu dijalankan secara bersama-sama oleh para
anggota perusahaan dengan cara memberikan arahan dan makna pada suatu kerja dan
usaha yang dilakukan berdasarkandengan visi yang jelas.
13. Gaya
Kepemimpinan Situasional
Kepemimpinan situasional
ialah “a leadership contingency theory that focuses on followers
readiness/maturity”. Inti dari teori kepemimpinan situational ialah bahwa suatu
gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan dapat berbeda-beda, tergantung dari
seperti apa tingkat kesiapan para pengikutnya.
PEMIMPIN
YANG EFEKTIF
Ciri-ciri kepemimpinan yang efektif
menurut Keith Davis memiliki 4 hal,
yaitu :
a. Intelegensinya
tinggi (intellegence), seorang pemimpin
harus memiliki tingkat intelegensi yanglebih tinggi dari bawahannya.
b. Kematangan jiwa sosial (social maturity and
breadth) Pemimpin biasanya memiliki perasaan/jiwa yang cukup matang dan
mempunyai kepentingan serta perhatian yang cukup besar terhadap bawahannya.
c. Motivasi
terhadap diri dan hasil (inner motivation and achievment drives) Para pemimpin
senantiasa ingin membereskan segala sesuatu yang menjadi tugas dan tanggung
jawabnya.
d. Menjalin
hubungan kerja manusiawi (human relation attides) Pemimpin harus dapat bekerja
secara efektif dengan orang lain atau dengan bawahannya.
PEMIMPIN
IDEAL
1. Pemimpin
Ideal adalah Pemimpin yang Cerdas
Kecerdasan
adalah titik tentu yang idealnya harus dimiliki oleh seorang
pemimpin.Kecerdasan merupakan point utama yang menentukan seberapa baik langkah
yang diambil oleh seorang pemimpin jika dihadapkan oleh suatu masalah
kelompok.Pemimpin ideal adalah pemimpin yang cerdas dalam membawa diri yang
didukung dengan keunggulan berfikir dan peka terhadap hal-hal sekitar. Dalam
menjalankan tugasnya, seorang pemimpin yang ideal akan mampu berfikir luwes dan
memiliki ide-ide segar untuk keberlangsungan kepentingan kelompoknya.
2. Pemimpin
Ideal adalah Pemimpin yang Berinisiatif
Tidak
hanya cerdas, pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang berani berinisiatif jika
dihadapkan dengan suatu masalah.Inisiatifme diri jelas dibutuhkan oleh seorang
pemimpin demi terciptanya solusi yang bersifat nyata dan menjanjikan.Pemimpin
yang berinisiatif adalah pemimpin yang mampu menggerakkan dirinya sendiri
terlebih dahulu untuk memulai segala sesuatunya tanpa adanya paksaan. Dengan
sifat inisiatif yang ada dalam diri pemimpin, kekuatan diri dari tiap anggota untuk
menjalankan misi kelompok pun akan terjamin dengan baik.
3. Pemimpin
Ideal adalah Pemimpin yang Bertanggung jawab
Bertanggung
jawab berarti berani untuk menanggung efek dari segala keputusan yang timbul
akibat tindakan yang telah dilaksanakan.Selain cerdas dan berinisatif, seorang
pemimpin yang ideal tentunya perlu memiliki sifat bertanggung jawab.
Pengambilan keputusan terhadap cara kerja dan pelaksanaan misi suatu kelompok
tentunya diputuskan dengan tidak tergesa-gesa. Pemimpin yang bertanggung jawab adalah
pemimpin yang tetap teguh dan dan mampu berfikir taktis untuk menerima segala
resiko yang timbul dari keputusan yang diambil.
4. Pemimpin
Ideal adalah Pemimpin yang Dapat Dipercaya
Karakter
yang satu ini tentunya timbul dari seberapa berhasilnya seorang pemimpin dalam
menggerakkan anggotanya dan bijak dalam mengambil keputusan. Pemimpin ideal
adalah pemimpin yang tanpa perlu berfikir ulang, anggotanya akan dengan
kesungguhan hati mampu mempercayai pemimpin tersebut untuk mengambil keputusan.
Pemimpin yang dapat dipercaya adalah pemimpin yang mampu mendamaikan hati semua
anggota. Dengan pemimpin yang dapat dipercaya, setiap anggota akan merasa lebih
terpacu untuk menyatukan hati dan menciptakan keseragaman kelompok demi
terciptanya keutuhan.
5. Pemimpin
Ideal adalah Pemimpin yang Jujur
Kejujuran
dalam diri seseorang tentunya menjadi point khas yang harus dimiliki oleh
seorang manusia, terutama oleh seorang pemimpin.Pemimpin yang jujur menjanjikan
keterbukaan dan keluwesan dalam memberikan segala informasi yang mencakup
kepentingan kelompok. Kejujuran yang ada dalam diri seorang pemimpin akan
menjadi ciri khas tersendiri yang mampu diandalkan oleh anggota. Pemimpin ideal
dengan tingkat kejujuran tinggi akan mendapatkan kepercayaan yang luas dari
kelompoknya.
6. Pemimpin
Ideal adalah Pemimpin yang Rela Berkorban
Rela
berkorban berarti rela menerjunkan diri dalam kepentingan kelompoknya
dibandingkan dengan kepentingan pribadi. Pemimpin yang rela berkorban akan
mampu memfokuskan diri untuk mencapai visi kelompok secara detail. Sifat rela
berkorban ini pun tentunya harus didasari dengan kecerdasan dan kebijakan dari
seorang pemimpin. Pemimpin ideal yang rela berkorban akan mampu mengambil
keputusan secara tepat tanpa merugikan banyak pihak.
7. Pemimpin
Ideal adalah Pemimpin yang Dicintai dan Mencintai Kelompoknya
Cinta
hadir dalam diri seorang pemimpin yang ideal dan juga kelompok yang
dipimpinnya. Segala bentuk tingkah laku yang hadir dari seorang pemimpin yang
ideal akan selalu diiringi dengan unsur cinta yang akan meminimalisir bentuk
kecurangan juga hal-hal buruk lainnya. Kelompok yang dipimpinnya pun akan mampu
mencintai pemimpin tersebut tanpa adanya unsur paksaan yang berlebih. Pemimpin
yang ideal jelas akan mampu menciptakan tindakan dengan cinta yang terkoordinir
rapih untuk kemajuan.
DELEGASI
1. Delegasi
Wewenang
Delegasi
adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain untuk
melaksanakan kegiatan tertentu. Delegasi wewenang adalah proses dimana
para manajer mengalokasikan wewenang ke bawah kepada orang-orang yang melapor
kepadanya.
Empat
kegiatan terjadi ketika delegasi dilakukan:
a. Pendelegasi
menetapkan dan memberikan tujuan dan tugas kepada bawahan.
b. Pendelegasi
melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai tujuan atau tugas.
c. Penerimaan
delegasi, baik implisit ataupun eksplisit, menimbulkan kewajibn atau tanggung
jawab.
d. Pendelegasi
menerima pertanggungjawaban bawahan untuk hasil-hasil yang dicapai.
Yang perlu
disadari dari pendelegasian wewenang adalah di saat mendelegasikan wewenang,
manajer memberikan otoritas pada orang lain, namun sebenarnya tidak kehilangan
otoritas orisinilnya. Ini yang sering dikhawatirkan oleh banyak orang. Manajer
takut bila mereka melakukan delegasi, mereka kehilangan wewenang, padahal
tidak, karena tanggung jawab tetap berada pada sang atasan.
Alasan - alasan pendelegasian
Beberapa alasan yang mendasari
manager mendelegasikan tugasnya kepada orang lain (dalam hal ini pembagian
kerja), yaitu:
a. Pendelegasian
memungkinkan manajer untuk mencapai hasil yang lebih baik dari pada mereka
menangani sendiri.
b. Delegasi
dari atasan kepada bawahan adalah proses yang diperlukan agar organisasi dapat
berfungsi lebih efisien.
c. Delegasi
memungkinkan manajer untuk memusatkan tenaganya untuk tugas-tugas prioritas
yang lebih penting.
d. Delegasi
memungkinkan bawahan untuk berkembang dan dapat digunakan alat untuk belajar
dari kesalahan.
e. Delegasi
dibutuhkan karena manajer tidak selalu mempunyai semua pengetahuan yang
dibutuhkan untuk membuat keputusan dan tidak selalu memahami masalah yang lebih
terperinci. Sehingga dibutuhkan organ yang serendah mungkin untuk menangani
masalah yang makin rinci dimana terdapat cukup kemampuan dan informasi untuk
menyelesaikannya.
2. Delegasi
Wewenang yang Efektif
a. Memutuskan
pekerjaan mana yang akan didelegasikan, karena tidak semua pekerjaan dapatdidelegasikan
b. Memutuskan
siapa yang akan memperoleh penugasan, dengan beberapa pertimbangan yakni waktu yang
dipunyai karyawan, kemampuan yang dimiliki karyawan, dan kesempatan yangakan
dimanfaatkan oleh karyawan
c. Mendelegasikan
tugas, disertai dengan informasi dan pemberian wewenang yang cukup dan bentuk
hasil yang diharapkan
d. Menetapkan
feedback, untuk memonitor kemajuan yang dicapai oleh bawahan.
Efektivitas
delegasi merupakan faktor utama yang membedakan manajer sukses dan yang tidak
sukses. Beberapa teknik khusus untuk membantu manajer melakukan delegasi dengan
efektif:
a. Tetapkan
tujuan
Bawahan
harus diberitahu maksud dan pentingnya tugas-tugas yang didelegasikan kepada
mereka.
b. Tegaskan
tanggung jawab dan wewenang
Bawahan
harus diberikan informasi dengan jelas tentang apa yang harus mereka pertanggung
jawabkan dan bagian dari sumberdaya-sumberdaya organisasi mana yang ditempatkan
di bawah wewenangnya.
c. Berikan
motivasi kepada bawahan
Manajer
dapat memberikan dorongan bawahan melalui perhatian pada kebutuhan dan tujuan
mereka yang sensitif.
d. Meminta
penyelesaian kerja
Manajer
memberikan pedoman, bantuan dan informasi kepada bawahan, sedangkan para
bawahan harus melaksanakan pekerjaan sesungguhnya yang telah
didelegasikan.
e. Berikan
latihan
Manajer perlu
mengarahkan bawahan untuk mengembangkan pelaksanaan kerjanya.
f. Adakan
pengawasan yang memadai
Sistem
pengawasan yang terpercaya (seperti laporan mingguan) dibuat agar manajer tidak
perlu menghabiskan waktunya dengan memeriksa pekerjaan bawahan terus menerus.
Daftar Pustaka
http://e-journal.uajy.ac.id/1726/3/2EM15387.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-RAHAYU_GININTASASI/kepemimpinan.pdf
http://queenbeeieffa.blogspot.co.id/2011/11/delegasi.html
0 comments:
Post a Comment